Pendiri Karang Taruna, Bapak H. Ghazali dikabarkan wafat pada Jum’at, 18 September 2020 Setelah 59 tahun menghimpun organisasi Karang Taruna. jasa jasa Bapak H. Ghozali takkan pernah terbayarkan dengan apapun. Nilai nilai kesetiakawanan sosial, nilai nilai perjuangan, persekawanan, nasionalisme, nilai nilai moral, kepribadian anak anak bangsa yang besar dan mengabdikan diri di karang taruna, berkader dan belajar leadership dari karang taruna telah terssbar di seluruh pelosok negeri.
Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu Jakarta, melalui proses Experimental Project Karang Taruna, kerjasama masyarakat Kampung Melayu/ Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) dengan Jawatan Pekerjaan Sosial/Departemen Sosial. Pembentukan Karang Taruna dilatar belakangi oleh banyaknya anak-anak yang menyandang masalah sosial antara lain seperti anak yatim, putus sekolah, mencari nafkah membantu orang tua dsb. Masalah tersebut tidak terlepas dari kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat kala itu.
Tahun 1960–1969 adalah saat awal dimana Bangsa Indonesia mulai melaksanakan pembangunan disegala bidang. Instansi-Instansi Sosial di DKI Jakarta (Jawatan Pekerjaan Sosial/Departemen Sosial) berupaya menumbuhkan Karang Taruna–Karang Taruna baru di kelurahan melalui kegiatan penyuluhan sosial. Pertumbuhan Karang Taruna saat itu terbilang sangat lambat, tahun 1969 baru terbentuk 12 Karang Taruna, hal ini disebabkan peristiwa G 30 S/PKI sehingga pemerintah memprioritaskan berkonsentrasi untuk mewujudkan stabilitas nasional.
Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin (1966-1977). Pada saat menjabat Gubernur, Ali Sadikin mengeluarkan kebijakan untuk memberikan subsidi bagi tiap Karang Taruna dan membantu pembangunan Sasana Krida Karang Taruna (SKKT). Selain itu Ali Sadikin juga menginstruksikan Walikota, Camat, Lurah dan Dinas Sosial untuk memfungsikan Karang Taruna. Tahun 1970 Karang Taruna DKI membentuk MPKT. Sejak itu perkembangan Karang Taruna mulai terlihat marak, Tahun 1975 dilangsungkanlah Musyawarah Kerja Karang Taruna, dan moment tersebut Lagu Mars Karang Taruna ciptaan Gunadi Said untuk pertama kalinya dikumandangkan.
KRISIS (1997 – 2004) Krisis moneter yang terjadi tahun 1997 berkembang menjadi krisis ekonomi, yang dengan cepat menjadi krisis multidimensi. Imbas dari krisis tersebut tak urung juga berdampak pada lambannya perkembangan Karang Taruna. Puncaknya pada saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan Departemen Sosial, Karang Taruna pada umumnya mengalami stagnasi, bahkan mati suri. Konsolidasi organisasi terganggu ,aktivitas terhambat dan menurun bahkan cenderung terhenti. Hal tersebut menyebabkan Klasifikasi Karang Taruna menurun walaupun masih ada Karang Taruna yang tetap eksis.
Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi Belum dirilis sedang dalam revisi.
Cerdas dan Penuh Pengetahuan.
Pekerjaan, Ketrampilan atau Karya.
Terhormat, Berbudi Luhur dan Berkepribadian.
Berjiwa Pejuang atau Patriotik.
a. Sekuntum bunga teratai yang mulai mekar;
b. Empat helai daun bunga;
c. Dua helai pita terpampang di bagian atas dan bawah;
d. Sebuah lingkaran yang melingkari sekuntum bunga teratai dan dua pita;
e. Bunga teratai yang mekar berdaun lima helai sebagai latar belakang; dan
f. Unsur warna.
1. Taat : Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Tanggap : Penuh perhatian dan peka terhadap masalah.
3. Tanggon : Kuat daya tahan fisik dan mental.
4. Tandas : Tegas, Pasti, Tidak ragu, dan Teguh Pendirian.
5. Tangkas : Sigap, Gesit, Cepat Bergerak, dan Dinamis.
6. Terampil : Mampu Berkreasi, Berdayaguna dan Berkarya.
7. Tulus : Sederhana, Ikhlas, Rela memberi, dan Jujur.
1. Putih : Kesucian, Tidak Bercela, dan Tidak Bernoda;
2. Merah : Keberanian, Sabar, Tenang, Dapat Mengendalikan Diri, dan Tekad Pantang Mundur;
3. Kuning : Keagungan dan Keluhuran Budi Pekerti;
4. Hitam : Kuat, Elegan, Atraktif dan Netral, Pusat Perhatian, Teguh.