24 Oktober
Hari Dokter Nasional
Hari Dokter Nasional
24 Oktober 1950 Dr. Soeharto pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI pada waktu itu, atas nama sendiri, dan atas nama pengurus lainnya, yakni Dr. Sarwono Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga, menghadap notaris R. Kadiman untuk memperoleh dasar hukum berdirinya perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’,
Dalam Anggaran Dasarnya pada tahun 1952 berkedudukan “sedapat-dapatnya di Ibukota Negara Indonesia” dan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan”.
Dalam periode pengurusan IDI ini, Dr. Tan Eng Tie menjadi bendahara IDI hingga enam kali berturut-turut. Ia ditugaskan membeli gedung IDI di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda seharga Rp300.000.
Dalam periode pengurusan IDI ini, Dr. Tan Eng Tie menjadi bendahara IDI hingga enam kali berturut-turut. Ia ditugaskan membeli gedung IDI di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda seharga Rp300.000.
Selanjutnya, tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Ulang Tahun IDI, ada juga yang menyebut sebagai Hari Dokter Nasional, berdasar pada peresmian IDI tangggal 24 Oktober 1950.
Organisasi IDI sebelumnya bernama Vereniging van lndische Artsen pada tahun 1911. Tokohnya adalah dr. J.A.Kayadu. Ia menjabat sebagai ketua pada perkumpulan ini.
Selain dr. J.A.Kayadu, nama-nama tokoh lain di antaranya, dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo. Namun mereka juga bergerak dalam ranah sosial dan politik.
Selain dr. J.A.Kayadu, nama-nama tokoh lain di antaranya, dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo. Namun mereka juga bergerak dalam ranah sosial dan politik.
Pada tahun 1926 nama Vereniging van lndische Artsen berubah menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau disingkat VIG.
Tahun 1943 dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Tahun 1943 dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Dengan adanya keputusan itu, Persatuan Thabib Indonesia yang diketuai Dr. Abdoelrasjid dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) menyelenggarakan rapat.
Atas usul Dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI). Ketuanya Dr. Bahder Djohan.
Panitia yang dibentuk itu bertugas menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’. Tujuannya untuk ‘mendirikan suatu perkumpulan dokter warga negara Indonesia yang baru, sekaligus menjadi wadah representasi dunia dokter Indonesia.
Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta pada tanggal 22-25 September 1950.
Sebanyak 181 dokter WNI (62 di antaranya datang dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut.
Sebanyak 181 dokter WNI (62 di antaranya datang dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut.
Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo (sekarang Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Selanjutnya setiap 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Hari Dokter Nasional juga identik dengan Hari Jadi Ikatan Dokter Indonesia